Kematian adalah terpisahnya nafas dari tubuh. Nafas melakukan perjalanan ke keabadiaan yang digambarkan sebagai tempat bernama Juli Haha.
Orang Jingitiu dikuburkan di bawah rumah atau di sekitar bangunan rumah tradisional Sabu. Lubang kubur yang disiapkan berbentuk lingkaran. Jenazah akan dikuburkan bersama dengan barang-barang pribadi miliknya seperti pakaian. Sebelum jenazah dibaringkan di liang kubur, liang terlebih dahulu diberi alas tikar sabu (depi). Tikar ini yang dipercaya menjadi layar perahu untuk mengantar arwah orang mati tersebut ke tempat Tanjur Sasar (Juli Haha) –muara orang mati.
Posisi jenazah di dalam luang kubur diletakkan sesuai aturan di dalam suku, ada yang menghadap ke arah matahari terbenam, ada yang menghadap ke laut. Pada bagian dahi jenazah ditempeli uang logam, ini dipercaya menjadi bekal terakhir bagi jenazah tersebut dalam melakukan perjalanannya.
Bersamaan dengan kematian seseorang, seekor binatang (pada umumnya Babi) harus juga dibunuh dan dimakan bersama. Daging yang dimakan bersama ini melambangkan daging yang akan dibawa oleh arwah yang berpulang, bukan untuk arwah itu sendiri, namun juga untuk arwah-arwah lainnya yang masih dalam perjalanan menuju ke Juli Ha.