Weo Ratu adalah satu dari sedikit orang yang masih dapat melakukan tutur silsilah dan sejarah dalam bentuk nyanyian. Mulai dari nyanyian untuk upacara Hole hingga nyanyian untuk tarian Pado’a. Weo Ratu punya banyak pengetahuan tentang adat dan tradisi orang Sabu. Banyak orang melanjutkan tradisi tetapi tidak benar-benar tahu alasannya. Tapi, Weo Ratu memelihara pengetahuan yang didapat secara turun-temurun. Weo Ratu suka mendengar tutur silsilah dan sejarah saat orang-orang tua sedang berkumpul. Saat upacara-upacara adat, Weo Ratu selalu ada. Saat malam-malam di bulan Bangaliwu, Weo Ratu selalu mendengar orang tua bercerita tentang berbagai pengetahuan, sejarah, dan silsilah kehidupan orang Sabu. Ia selalu punya banyak pertanyaan dan tidak takut untuk menanyakannya.
Awalnya Huke kemudian Weo
Waktu baru lahir ia diberi nama Huke. Huke tidak berhenti menangis. Kadang-kadang menangis seperti kehabisan nafas. Ratu Ga, sang ayah, akhirnya mencari do merare atau orang pintar. Do merare memberitahu Ratu Ga untuk mengganti nama Huke menjadi Weo.
Tibalah saat ritual dabba ana di warru banga liwu. Dengan sirih dan pinang, nama Huke diganti menjadi Weo. Sejak saat itu, Weo tidak sering menangis karena gelisah yang terus menerus.
Weo kecil tumbuh dengan baik. Weo suka bermain tanah di kolong rumah. Setiap hari badannya penuh dengan debu tanah karena berguling-guling di kolong rumah. Kakak perempuannya hampir bosan memandikannya. Setiap kali Weo bersih, dia akan turun kembali ke kolong untuk bermain abu.
Mau rajin, tidak ingin bodoh
Weo sudah semakin besar. Ia sudah bisa berbicara dan berjalan dengan kuat. Ia sudah bisa berjalan ke tempat yang jauh sambil diawasi oleh orang tuanya. Ia mulai mengenal tanggung jawab. Tanggung jawab pertamanya adalah mengangkat air minum. Kadang ia malas, kadang ia rajin. Jika rajin, orang tuanya menyebut Weo pintar. Jika ia terlihat malas, orang tuanya menyebutnya anak bodoh. Weo tidak suka disebut anak bodoh. Ia memilih menjadi anak rajin. Weo akhirnya menjadi anak yang dipercaya untuk menyiram kebun sirih milik orang tuanya. Kebun sirih itu disiramnya dengan rajin sejak kecil hingga hari ini.
Weo yang banyak tahu
Weo Ratu adalah keturunan suku Do Rue – salah satu pemimpin ritual adat yang bertugas menghapuskan kesalahan. Weo tidak ingin menjadi seorang Sabu yang tidak tahu apa-apa tentang sejarah orang Sabu. Setiap kali acara kematian, Weo selalu mengikuti proses tutur silsilah. Saat-saat itu Weo belajar hingga menguasai tentang silsilah orang-orang Sabu dari berbagai anak suku.
Weo juga selalu mendengar dengan sungguh-sungguh cerita sejarah yang dinyanyikan melalui berbagai nyanyian mengiringi hole dan pa’doa. Sejak kecil Weo tidak takut untuk menirukan nyanyian-nyanyian itu. Setiap kali mendengar, ia menyimpan dan menyanyikannya di dalam pikirannya. Ia juga selalu menanyikannya sambil mengiris tuak/lontar agar orang-orang dapat mendengar.
Sejak menikah dengan istrinya hingga sekarang, Weo juga tak berhenti melakukan pencarian. Ayah mertua Weo menjadi salah satu tempatnya bertanya. Hingga saat ini ia masih terus mengumpulkan semua pengetahuan tentang sejarah, asal usul dan silsilah orang Sabu yang selama ini diwariskan secara lisan.